Selamat Datang di Kawasan Penyair Murakata Terima Kasih Kunjungan Anda

Senin, 29 Maret 2010

Fahmi Wahid.


Lahir di Barabai.03 Agustus 1964. Alumnus Fakultas Syariah IAIN Antasari Banjarmasin. Pasca Sarjana di STIM IMN Jakarta ( 2006). Alktif menulis puisi dan naskah dama mulai tahun 1986.Sekretaris Teater Pena Banjarmasin (1987-1999). Nominasi 5 besar lomba tulis puisi bahasa Banjar (Taman Budaya,2000) Nominasi 3 besar aktor terbaik pada festival Teater Modern se Kalsel (Taman Budaya,1999).Ketua Dewan Kesenian Murakata Kab.BST. Karya pusinya termuat pada antologi puisi bersama antara lain : Antologi Puisi Banua Kita,Meratus Terluka,dan Antologi Puisi Seribu Sungai Paris Barantai (2006). Buku yang diterbitkan “ Bagaimana Mdembaca Puisi “ dan “Dasar-Dasar Seni Teater “.
Alamat sekarang jalan Telaga Sei.Tabuk RT 02 seberang MAN 2 Barabai Kalsel.
Puisinya antara lain :

Bumi Murakata

Bumi murakata
bidukmu terhampar di persimpangan
di antara air yang mengalir datar
dan teluk yang tak dalam
kau tambatkan kemudi dalam ketenangan
raih batang bambu dan pohon karet yang hanyut
jadikan kayu bakar tuk memasak di siang dan malam hari

Bumi murakata kota harapan
bidukmu terhampar di persimpangan
dari jualan motor
dan sayur, lalapan harian
tawarkan jasa uang, tuan-tuan
kredit kian menjajakan keberhasilan
buat jerat kebebasan

Bumi murakata
usiamu semakin dewasa
bersihkan badan tak sebatas dada
haluan jadikan wibawa
menghias keindahan berlaga

Lihat muara samudera
jangan hiraukan ombak
penghancur nakhoda
hakim, jaksa dan polisi pembela
tetapkan jalur roda setara
menuju dermaga harapan


Selamat Pagi Kotaku

Ketika ujung malam masih remang
Getar bahumu terhunjam ke perutnya

Berbilang transaksi kau luluskan
Menumpahkan asa
Mencari makna kehidupan
Memoles negeri ini
Negerimu
Negeri kita semua
Bumi Murakata tercinta

Selamat pagi Barabai
Selamat kotaku Bahindng Sari

Sepanjang hari mereka merayati urat nadimu
Menyadap sumsummu,menoreh darahmu
Mematahkan tulangmu
Tapi
Kau masih tegar juga perawanku

Selamat pagi Murakata
Di punggumu orang-orang membangun harapan
Di dadamu orang-orang menangguk keuntungan

29,10,2008,Barabai